Selasa, 10 Desember 2013

Naif


Berawal pada sebuah kampus seni di Jakarta, tepatnya di Cikini Raya 73, kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ), NAIF terbentuk. Kisah dimulai ketika beberapa orang mahasiswa tingkat satu dari kelas pendidikan dasar seni rupa kerap kali sering menginap di rumah teman mereka secara bergiliran. Tujuan awal hanyalah untuk mengerjakan tugas kuliah bersama. Tapi ujung-ujungnya yang terjadi malah mereka sering kongkow-kongkowsambil bermain gitar, bernyanyi-nyanyi semalam suntuk, sampai kadang-kadang malah lupa mengerjakan tugas karena tertidur. Siapa sangka semua itu akan menjadi sebuah awal karier mereka di blantika musik Indonesia.
Personil Band Naif
Suatu saat di pertengahan tahun 1995, David, Pepeng dan Jarwo bermalam di rumah seorang teman, yang tak lain adalah Shendy (kini bassis band Rumah Sakit). Seperti biasa awalnya hanya untuk mengerjakan tugas kuliah, dan ujungnya seperti biasa yang telah disebutkan tadi. Di malam itu pula mereka tiba-tiba membuat sebuah lagu, terinspirasi dari sebuah konser akustik Nirvanayang mereka saksikan di MTV sebelumnya. Lagu tersebut akhirnya mereka beri judul Jauh (Naif, debut album)
Pada saat berikutnya keisengan mereka ternyata berkembang dengan seringnya mereka menyewa studio untuk latihan band dan menyanyikan lagu lagu buatan mereka sebagai sisipan. Di saat inilah formasi mulai mengalami pergantian, hanya tiga orang saja yang dari awal bertahan, yaitu Jarwo, David dan Pepeng. Hingga suatu saat Chandra datang mengisi kekosongan disusul Emil. Mereka berlima masing masing memang memiliki pengalaman pernah tergabung dalam suatu band. Bahkan sebelum formasi ini terbentuk mereka secara terpisah pernah nge-jam pula, seperti contohnya David pernah tergabung dalam satu band bersama Emil tanpa Jarwo dan lainnya, dan selanjutnya seperti ditukar-tukar saja.
Dengan posisi David pada vokal, Jarwo pada gitar, Chandra pada keyboard, Emil pada bass dan Pepeng pada drum, mereka mulai aktif mengisi acara acara kampus IKJ. Lagu lagu ciptaan sendiri lainnyapun menyusul, seperti Benci Libur, Piknik '72, dan lain lain. Sedangkan nama Naif didapat dari pendapat seorang teman bernama Dodot yang menilai lagu lagu mereka terdengar begitu sederhana, namun tetap berisi dan terdengar harmonis. Selain itu kata Naif pun mudah diingat.
Suatu saat di tahun 1996 Naif mendapat kabar dari seorang teman bahwa sebuah perusahaan rekaman berlabel Bulletin (PT. Indo Semar Sakti) berencana akan merilis sebuah album kompilasi. Karena tertarik atas proyek tersebut maka mereka menawarkan demo kaset yang telah mereka buat sebelumnya kepada perusahaan rekaman tersebut. Tanpa diduga ternyata sang produser tak memasukkan Naif dalam proyek kompilasi tersebut, tapi justru berniat membuatkan album rekaman sendiri untuk Naif. Tentu saja hal itu disambut hangat oleh Naif, dan setelah melalui berbagai prosedur tertentu Naif akhirnya masuk dapur rekaman dan berhasil menelurkan debut album Naif dengan Mobil Balap sebagai tembang jagoannya.
Naif tak pernah mengklaim diri mereka bahwa adalah band dengan aliran ini atau itu, terserah apa kata penikmat musik mereka tentang jenis musik yang mereka usung. Mereka sangat tidak suka mengkotak-kotakkan musik, karena bagi mereka pada dasarnya semua jenis musik adalah sama, yaitu sebuah media hiburan berupa kumpulan sejumlah nada yang dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Hanya ujungnya tergantung pada selera masing-masing individu yang mendengarkan musik tersebut. yang jelas mereka menawarkan alternatif warna yang beda dari segi sound yang dipilih. Mereka suka mengulik sound-sound vintage dari masing-masing instrumen mereka, yang dipadukan dengan nada vokal dari David, juga beberapa tambahan aransemen lain seperti harmonisasi choir dan sebagainya. Dan itulah yang menjadi ciri musik mereka. Itu karena kebetulan mereka menyukai musik musik lama yang kemudian berpengaruh terhadap musik yang mereka buat. Walau demikian tak menutup kemungkinan musik mereka akan mengalir mengikuti zaman tetapi tetap mempertahankan ciri mereka, karena bagaimanapun mereka tetaplah anak anak modern, yang hidup dan bersosialisasi di zaman modern pula.
Bukan maksud melucu bila dalam aksi panggung Naif David sang vokalis mengeluarkan jurus-jurus saktinya yang kerap membuat penonton terpingkal-pingkal. Itu memang sudah menjadi sifatnya sehari-hari, yang kemudian ia bawa ke atas panggung sebagai media interaksi terhadap penonton. Namun tetap, mereka berlima serius dalam bermusik dan membuat lagu. Hanya saja, menurut mereka, konsep musik dan hiburan yang mereka tawarkan di setiap penampilan NAIF masih tergolong beda dari semua yang ada di Indonesia, sehingga mereka sering dianggap lucu atau unik.
Intinya, mereka juga ingin menunjukkan, bahwa dibalik segala hal dalam musik Naif terdapat suatu usaha yang serius untuk menghasilkan sebuah karya yang idealis. Idealis ala Naif.

Sumber : Wikipedia (Naif)

baca selengkapnya - Naif

Rabu, 06 November 2013

Burgerkill


Awal thn 93 setelah dikeluarkan dr sekolahnya terdahulu, akhirnya Eben hijrah ke Bandung dan masuk ke SMA 1 Ujungberung. Di SMA 1 Ujungberung Eben bertemu dgn Kimung adik kelasnya yg secara tampilan sangat berbeda dgn murid2 lainnya, Eben & Kimung adalah murid langganan tetap ruang BP (Bimbingan Penyuluhan) akibat segala macam ulah mereka di sekolah. 
Seragam yg di coret2 logo band kesukaan, tertangkap merokok sampai kejailan2 konyol jd alasan kenapa mereka jadi langganan ruang BP. 
Dan di ruang BP lah pertemanan Eben & Kimung di mulai, di situ mereka mulai sering berbagi cerita tentang musik2 yg mereka suka, Akhirnya thn 1994 Eben & Kimung membentuk band Punk HC bernama Morning Crew yg mengcover lagu2 dari Minor Threat, 7 Seconds dll. Sekitar thn 1994 Morning Crew sempat manggung di beberapa gigs di kota Bandung termasuk event Hullabalo 1 di GOR Saparua, Dikarenakan 2 org personil Morning Crew berdomisili di Jkt maka band ini sulit untuk lanjut & akhir thn 1994 band ini pun bubar. 
Setelah Morning Crew bubar, Eben kembali mengajak Kimung membuat band baru. 
Kimung pun mengajak Ivan & Kudung teman sekelasnya, Akhirnya setelah berembuk mereka berempat sepakat menggunakan nama band yg di usulkan oleh Eben saat itu, yaitu Burgerkill. Dan tepatnya bulan Mei 1995 Burgerkill resmi dibentuk, walaupun saat itu band ini hanya berstatus sebagai band side project saja. Nama Burgerkill dipilih karena unik & berbeda dgn nama2 band Hardcore saat itu yg cenderung typikal spt band2 HC luar negeri Pd awal Burgerkill dibentuk Kimung msh bersama Sonic Torment & Ivan tergabung dgn Infamy bersama Ramdan, Dan saat itu juga Kudung msh menjadi pemain drum tetap di Forgotten itu sebabnya Burgerkill berstatus band side project. Awalnya Burgerkill byk mengcover band Oldskool HC spt Sick Of It All, Black Flag, Wide Awake, Insted & Gorilla Biscuit.


Formasi Awal Burgerkill

 Panggung pertama Burgerkill adalah acara tujuh belasan di Ujungberung & mereka dipaksa turun setelah lagu pertama dimainkan, Krn sekitar thn 95 scene HC Bdg blm seaktif scene HC Jkt maka Burgerkill lebih byk main di event2 Punk HC Jkt. Berkat support teman2 Eben di scene Jkt Burgerkill semakin sering manggung di Jkt walaupun hanya dibayar dgn 4 buah teh botol, Dgn patungan sbyk 20rb untuk membeli Solar mereka trs melakoni panggung2 di Jkt dgn menggunakan mobil Daihatsu Taft milik Eben. Ketika byknya tawaran manggung di Jkt, Kudung terpaksa mengundurkan diri krn hrs berkonsentrasi rekaman dgn Forgotten. Untuk mengisi posisi drum mereka bertiga mengajak Toto dr Analvomit yg sebelumnya jg bergabung bersama Ivan di Infamy. Bersama Toto, Burgerkill mulai berani menulis lagu sendiri. 'My Self' & 'Offered Sucks' adalah 2 lagu awal yg mereka ciptakan, 2 lagu tersebut sempat masuk di kaset kompilasi 'Breathless' rilisan Manifest Records yg. Awal thn 97 mereka merekam demo berisi 3 lagu, Revolt!, Offered Sucks & Myself di Palapa studio di Ujungberung secara Live. kaset kompilasi 'Breathless' itu hanya dicetak limited 500 pcs saja, Saat itu kaset demo 3 lagu Burgerkill diperbyk oleh mereka secara manual dgn Tape merk Polytron Double Deck sebyk 100pcs saja. Demo dgn cover foto kopian tsb mereka bagikan secara gratis lewat jalur Pos kpd teman2 di scene Jkt, Bdg, Singapore & Malaysia. Sampai saat ini kaset demo tsb menjd brg paling langka untuk didapat dan Arian  masih memilikinya. Demo tsb mendpt respon positif dr byk komunitas Punk HC & Richard Eks-Pas Band mengajak Burgerkill ikut di proyek kompilasinya, Dan lagu Revolt! dipercaya menjadi lagu pembuka di CD kompilasi MasaIndahBangetSekaliPisan bersama Puppen, Full Of Hate dll. Dari situlah Burgerkill mulai sering manggung di event2 underground di kota Bdg yg saat itu di dominasi oleh band2 Death Metal, Sebagai band Hardcore yg tumbuh di komunitas Death Metal Ujungberung, awalnya Burgerkill kurang diterima di scene Ujungberung. Jasad, Forgotten, Infamy, Disinfected & Sonic Torment adalah bbrp band yg tumbuh di scene Ujungberung. Setelah mengikuti kompilasi MasaIndahBangetSekaliPisan Burgerkill semakin sering manggung di Bdg. Bbrp acara besar di GOR Saparua spt Bandung Underground, Hulaballo, Bandung Berisik & Gorong-Gorong sempat mereka cicipi, Sekitar thn 97 hampir setiap minggu Burgerkill manggung di Bdg & Jkt. Sampai akhirnya mereka merasa band ini hrs jd prioritas. Akhirnya awal thn 98 Ivan memutuskan keluar dr Infamy & di ikuti oleh Kimung yg jg mengundurkan diri dr Sonic Torment. Setelah merasa memiliki formasi yg solid, mereka kembali melanjutkan proses penulisan lagu2nya di Palapa Studio Ujungberung, Sakit Jiwa adalah salah satu lagu yg mereka ciptakan saat itu yg bercerita ttg seorang wanita kurang waras bernama Delores. Krn kurang waras Delores sering dilecehkan oleh org2 di sekitar Ujungberung, bahkan dia sempat hamil tanpa tau siapa pelakunya. Perlakuan org yg semena2 itu lah yg jd dasar ide isi lirik lagu Sakit Jiwa. "Biar hancur jd kotoran, ludahi aku bukan manusia". Setelah Sakit Jiwa, lahirlah lagu2 berikutnya seperti Rendah, Hancur & Blank Proudness yg byk terpengaruh band2 European HC. Lagu Blank Proudness sempat ikut di kompilasi Indepeden Rebel rilisan Aquarius Records bersama Jasad, Forgotten dll. Setelah terkumpul 10 lagu mereka memutuskan masuk studio rekaman 40124 milik Richard ( Eks-Pas Band ). Disebabkan keterbatasan dana jadwal rekaman hrs terputus2 & mereka hrs terus berpatungan untuk bs membayar sewa studio rekaman, Ditengah proses rekaman mereka sepakat untuk mengcover lagu Guilty of Being White dr Minor Threat & memasukannya ke dlm album. Kekaguman Ivan thdp sosok Ian McKaye ( vokalis Minor Threat ) sgt besar & band ini lah yg mempopulerkan istilah DIY (DoItYourself), Setelah memakan waktu hampir 1 thn akhirnya 11 lagu berhasil mereka rekam sebagai modal materi album perdana Burgerkill. Di album ini Robin ( Eks-Puppen ) & Adam ( Bassist Koil ) ikut mengisi bbrp part gitar di lagu Homeless Crew & Heal The Pain, Homeless Crew adalah lagu yg mereka dedikasikan untuk teman2 di scene Ujungberung yg telah membimbing mereka dlm hal bermusik. Akhirnya mereka berempat sepakat memberi titel "Dua Sisi" untuk album perdananya, "Dua Sisi" saat itu menggambarkan situasi di tubuh Burgerkill yg terbagi 2 kubu, yaitu kubu drugs & kubu anti drugs. Kubu drugs diisi Ivan & Kimung yg rutin mengkonsumsi drugs, sedangkan Eben yg br sembuh dr Liver nya & Toto di kubu anti drugs. Namun sekali lg krn minimnya dana album "Dua Sisi" terpaksa ditunda rilisnya & mereka kembali menunggu label yg mau merilisnya. 


Album Pertama Burgerkill - Dua Sisi (2000)

 Awal thn 2000 Eben bertemu dgn dadanketu pemilik Riotic Records yg sepakat untuk merilis album "Dua Sisi" dalam bentuk kaset. Dgn modal kepercayaan pertemanan & tanpa dilengkapi kontrak akhirnya pd Juni 2000 "Dua Sisi" resmi dirilis sebanyak 2000 kopi, Sayangnya saat "Dua Sisi" dirilis kondisi mental Kimung semakin parah krn drugs & trs memperburuk suasana di tubuh Burgerkill. Demi kebaikan Burgerkill akhirnya Kimung memutuskan untuk keluar & ini sempat membuat Ivan terpuruk krn ditinggal sahabatnya, . krn album "Dua Sisi" hanya dirilis 2000 pcs & ludes dlm waktu cepat, saat ini kasetnya sdh jd brg langka. Harga kaset bekas "Dua Sisi" dipasar loak skrg sampai 100rb & Daniel Mardhany ( vokalis DeadSquad ) msh memilikinya, Addy ( vokalis Forgotten ) juga ikut menjadi Backing Vocal di semua lagu di album "Dua Sisi". Ivan mengajak Addy sahabatnya dr kecil untuk menjadi Backing Vocal di album "Dua Sisi", Saat album "Dua Sisi" dirilis kondisi scene Ujungberung sedang sgt produktif, byk rilisan album yg lahir. Scene Uber jg sgt solid saat itu, setiap hari mereka kumpul sampai pagi di teras Bank Danamon di trotoar jl.Raya Ujungberung, Setiap kumpul mereka membahas perkembangan & berita2 seputar musik Underground sambil bertukar pinjam CD koleksi masing2. Lambat laun scene Uber semakin terbuka dgn segala genre musik selama itu layak untuk dikonsumsi, benar2 scene yg Open Minded!, Padahal saat itu scene Death Metal dgn scene Punk Bdg sdkt kurang harmonis, sering terjd gesekan di event2 di GOR Saparua Bdg. Walau dgn kondisi spt itu scene Uber tetap menjalin pertemanan dgn berbagai scene musik di kota Bdg hingga hari ini, setelah Kimung keluar, Ivan mulai jarang kumpul di scene Uber, dia lbh sering menghabiskan waktu bersama teman2 kampusnya. Sebagai mahasiswa jurusan Sastra Ivan semakin suka menulis, byk tulisan2nya yg dia ajukan kpd Eben untuk dijadikan lirik lagu, Kimung jg kuliah 1 kampus dgn Ivan di jurusan sastra & dia jg byk membantu Ivan dlm menulis lirik2 awal lagu Burgerkill. meskipun tanpa pemain Bass Eben, Ivan & Toto tetap melanjutkan proses kreatif penulisan lagu2 baru Burgerkill, Untuk menambah daya dobrak, Eben mengajak Ugum dr Disorder Lies untuk menjadi gitaris kedua di tubuh Burgerkill. Disorder Lies adalah band pertama Vicky sebelum bergabung dgn Heaven Fall & Balcony. Dan untuk mengisi posisi Bass Eben meminta bantuan Andris yg saat itu msh bermain drum di Forgotten & Naked Truth. Dgn formasi ini Burgerkill sempat merekam single 'Everlasting Hopes Neverending Pain' untuk kompilasi Ticket To Ride thn 2001. Titik perubahan cara penulisan lirik Ivan ada di lagu 'Everlasting Hopes..', dia mulai mengagumi sosok Jonathan Davis ( Vokalis Korn ). Ivan merasa byk lirik dr lagu2 Korn yg mewakili kejadian2 pahit di kehidupannya, mulai dr situ dia semakin akrab dgn drugs, Thn 2002 setelah berhasil mengumpulkan 9 lagu baru, mereka kembali masuk studio Bintang 41 untuk merekam materi album kedua. Penulisan lirik di album ke 2 Ivan byk dibantu Eben yg jg menulis lirik di bbrp lagu spt Berkarat, Hilang & Tiga Titik Hitam, Tiga Titik Hitam adalah lagu terakhir yg ditulis untuk album ke 2 & di lagu ini awal keterlibatan Agung di Burgerkill. Ide awal lagu Tiga Titik Hitam dicetus oleh Eben & sahabatnya Fadli ( vokalis Padi ) yg tertarik mengawinkan 2 genre musik yg berbeda, Awalnya Tiga Titik Hitam berformat akustik & saat menggarap lagu tsb Agung masih tergabung bersama Jeruji. Ketika proses rekaman album ke 2 hampir selesai Ugum terpaksa mengundurkan diri untuk konsentrasi pd pekerjaannya, Dina dr Homogenic juga ikut mengisi fill keyboard di lagu Resah Dera Jiwa. Setelah proses rekaman selesai secara mengejutkan mereka mendpt tawaran dr label major Sony Music untuk merilis album ke 2 nya, Setelah berunding mereka sepakat untuk sign kontrak dgn salah satu label major terbesar di Indonesia, Sony Music Entertainment. Dan demi fokus bersama Burgerkill, Andris & Agung memutuskan untuk keluar dr Forgotten & Jeruji. Akhirnya album ke 2 Burgerkill yg bertitel "Berkarat" resmi dirilis secara nasional oleh Sony Music Ent. pd bulan Januari 2004, setelah "Berkarat" resmi dirilis nasional oleh Sony Music Januari 04 Burgerkill mulai sibuk dgn kegiatan promo media di jkt. Ini adalah pengalaman pertama mereka melakukan promo di berbagai media cetak & elektronik Nasional di Jkt selama 1 minggu full, Byk hal baru yg dilakukan mulai dr foto session, intrvw koran, majalah, tv sampai manggung secara live di salah satu tv nasional. Bahkan mereka sempat main bersama Fadly secara live di acara Pesta Indosiar dlm rangka mempromosikan album "Berkarat", Burgerkill sempat di cap sbg pengkhianat underground oleh berbagai media krn bergabung dgn label major Sony Music.


Album Kedua Burgerkill - Berkarat (2003)

 Tp bagi mereka tdk penting apa label di blkg sebuah album, yg penting adlh karya yg berkualitas & bisa di pertanggung jawabkan & Walaupun byk pro kontra, Burgerkill tetap yakin dgn keputusannya. Dgn harapan musik mereka bs didgr lebih luas secara nasional. Dgn bergabung bersama Sony Music, Burgerkill tercatat sbg band Hardcore pertama yg sign dgn sebuah label major di Indonesia, November 04 secara mengejutkan album "Berkarat" masuk dlm nominasi AMI Awards untuk kategori Best Metal Production. Akhirnya album "Berkarat" berhasil terpilih sebagai penerima AMI Awards 2004 untuk kategori Best Metal Production. Untuk membantu promo album "Berkarat" mereka membuat 2 buah video klip untuk lagu "Terlilit Asa" & "Tiga Titik Hitam", Kedua video klip tersebut diproduksi di Bandung oleh rumah produksi Cerahati. Semenjak bergabung dgn Sony Music, bersama Burgerkill Ivan selalu bermimpi untuk bs memperbaiki taraf hidupnya & keluarganya, Namun sayang krn kondisi kesehatannya, saat itu Ivan hrs mengeluarkan byk biaya untuk terapi penyakit paru2nya. Selama 1 tahun album "Berkarat" berhasil terjual sebyk 29.000 kopi di Indonesia & 6.700 kopi di Malaysia. Krn byknya permintaan terhadap album "Dua Sisi", maka Sony Music membeli hak edar album tersebut Akhirnya Feb 05 album "Dua Sisi Repacked" dirilis Sony Music dgn menghilangkan lagu Minor Threat 'Guilty of Being White'. Setelah "Dua Sisi Repacked" dirilis mereka sempat mengalami hiatus bbrp saat krn kesibukan masing2 personil, Hingga akhirnya mereka kembali beraktifitas bersama di pertengahan 2005 untuk mengerjakan materi lagu album ke 3 Burgerkill. Last Escape, We Will Bleed, Shadow Of Sorrow & Angkuh adalah lagu2 awal yg mereka ciptakan & persiapkan untuk menjd demo awal, Tp sayang setelah demo live direkam Toto mengundurkan diri dr Burgerkill untuk berkonsentrasi dgn pekerjaan barunya. Krn dikejar jadwal oleh pihak label akhirnya tanpa pikir panjang Andris lngsng mengisi posisi drum yg ditinggalkan oleh Toto. Walaupun tanpa pemain Bass akhirnya Ebenz, Ivan, Agung & Andris sepakat untuk trs melanjutkan proyek album ke 3, Formasi ini trs berkonsentrasi selama 2 bln menggarap materi lagu2 berikutnya di Pieces Studio Uber milik Dani ( ex Jasad ). Saat itu penyakit paru2 & batuknya Ivan semakin parah hingga dia sering absen dr latihan krn hrs beristirahat, Setelah terkumpul 8 lagu akhirnya mereka merekam 4 lagu di Studio milik Niko BallerinaBand di kawasan Ujungberung. We Will Bleed, Shadow of Sorrow, Angkuh & Atur Aku menjadi demo awal Burgerkill untuk diberikan kpd pihak Sony Music, Atur Aku adalah lagu milik band Puppen yg di aransemen ulang oleh Burgerkill. Demo 4 lagu tsb mendpt respon positif dr Sony Music, namun pihak label tdk kunjung menentukan jadwal kpn mereka mulai rekaman, Sambil menanti kbr proses kreatif pun berlanjut, Darah Hitam Kebencian & Unblessing Life adlh 2 lagu terakhir yg di diciptakan. Sambil menunggu kbr dr label, mereka trs menghajar panggung2 & dibantu oleh Oteng dr Forgotten, Lagu2 baru yg mereka kenalkan kpd audience di respon dgn baik, hal tsb meyakinkan Burgerkill untuk segera merekam album ke 3. Hampir 4 bln tdk ada kbr dr label mengenai jadwal rekaman album ke 3, akhirnya mereka memutuskan untuk re-sign dr Sony Music. Proses re-sign dr label memakan waktu cukup lama, akhirnya Okt 2005 Burgerkill resmi tidak lg menjd artis Sony Music Indonesia, Selepas dr Sony Music mereka ngotot untuk merekam album ke 3 nya walaupun hrs mencari dana yg cukup besar untuk biaya rekaman. Akhirnya setelah menemukan investor, Ebenz memutuskan mendirikan Revolt Records & menjadi executive produser untuk album ke 3, Dan awal Februari 2006 Burgerkill memulai sesi rekaman album ke 3 di Massive Studio & diproduseri Yayat Ahdiat. Ini pertama kalinya Burgerkill melakukan sesi rekaman tanpa dilengkapi pemain Bass setelah Andris pindah ke posisi drum, Setelah merekam track drum sebyk 12 lagu, Andris juga mengisi semua track Bass di album 'Beyond Coma and Despair'


Album Ketiga Burgerkill - Beyond Coma And Despair (2006)

. Di sesi gitar Eben & Agung byk bereksperimen untuk mencari sound yg pas dgn mencoba berbagai jenis amplifier & mic, Byk proses kreatif yg terjadi di studio, salah satunya aransemen akustik 'Anjing Tanah' yg dibuat di tengah2 sesi track gitar. Saat itu penyakit batuk Ivan semakin parah, bahkan mereka sempat ingin mengundur jadwal rekaman menunggu kondisi Ivan membaik, Namun setelah berembuk akhirnya Ivan sepakat untuk tetap melanjutkan proses take vocal walaupun kondisi tubuhnya blm fit. Sambil terbatuk2 dgn semangat tinggi Ivan ngotot membereskan tugasnya & saat itu blm semua lirik lagu selesai dikerjakannya, Bbrp lagu seperti Darah Hitam Kebencian, Unblessing Life & Anjing Tanah ditulis oleh Eben & Ivan di tengah sesi take vocal. Lirik lagu Anjing Tanah bercerita tentang kehidupan sex bebas & pelacuran, dan ini adalah lagu terakhir yg di take oleh Ivan, Selesai rekaman album ke 3 sambil menunggu proses mixing, mereka sempat melakukan tour di bbrp kota di Jawa Barat & Jawa Timur. Sepulang tour mereka melanjutkan proses akhir mixing & mastering album ke 3 di Massive Studio yg dikerjakan oleh yayat ahdiat. Sedangkan artwork cover album 'Beyond Coma...' dibuat oleh Eben dgn menampilkan ikon Skullguns sbg simbol baru Burgerkill. Satu minggu setelah master CD album 'Beyond Coma...' selesai, Burgerkill diundang untuk manggung di sebuah skatepark di Bdg. Di acara itu Ivan sempat mengeluh penyakit batuknya yg tdk berhenti dan juga rasa sakit di kepalanya yg semakin parah, Setelah acara di 18th Park (skatepark) Ivan sempat menghilang tanpa kabar selama satu minggu. Mereka sempat manggung tanpa Ivan di studio gig Gebeg Show & ini adalah gigs pertama Ramdan ( ProphetiaAeon ) bersama Burgerkill. Keesokan harinya mereka mendpt kbr bahwa kondisi kesehatan Ivan semakin parah & membutuhkan perawatan intensif segera mungkin, Setelah dijemput di rmhnya mereka membawa Ivan ke Rumah Sakit untuk mendpt perawatan intensif & Ivan sempat koma selama 3 hari. Akhirnya setelah 3 hari di ruang ICU, Ivan meninggal dunia pd tgl 27 Juli 06 tepat 3 minggu sblm album 'Beyond Coma..' dirilis, Sblm meninggal Ivan sempat berpesan pd teman2nya di Burgerkill untuk trs maju & jgn pernah berhenti berjuang selama kita mampu. Setelah Ivan meninggal, semua tim Burgerkill sempat panik krn 3 minggu lg album 'Beyond Coma..' akan rilis & launching, Mereka terpaksa mencari vokalis sementara untuk acara launching album 'Beyond Coma..' yg sdh terlanjur dipublikasikan. Dlm kondisi berduka mereka trs berusaha tetap tegar & solid untuk melanjutkan rencana2 yg sdh disiapkan sblmnya, Setelah mencari akhirnya mereka dibantu oleh Yadi dr Motordead sbg vokalis sementara di acara launching album. Selama 2 minggu Eben, Andris, Ramdan, Agung & Yadi melakukan latihan intensif di rooms studio. Akhirnya tgl 20'08'06 di Dago Tea House Bdg acara perilisan album 'Beyond Coma..' digelar & 2000 pun tiket terjual habis, Malam yg bersejarah bagi Burgerkill ini dihiasi suasana haru & duka. Ini adalah panggung pertama mereka tanpa Ivan, Ditengah set konser, addy membacakan puisinya untuk Ivan & semua tim Burgerkill ikut menangis terbawa suasana. 
Ivan Scumbag

Di akhir set Burgerkill memainkan 'Sakit Jiwa' sbg persembahan terakhir untuk Ivan & semua Begundal ikut bernyanyi bersama. Setelah 'Beyond Coma..' dirilis Burgerkill sepakat untuk melanjutkan perjuangan & mimpi2 mereka walaupun tanpa Ivan, Mereka sadar band ini hrs terus maju meskipun tdk sedikit tantangan & tugas berat yg hrs dihadapi di ke depannya. Setelah album 'Beyond Coma..' dirilis Agustus 06, tawaran manggung untuk Burgerkill pun semakin byk, Ini merupakan PR besar buat mereka untuk mencari lg vokalis sementara krn Yadi berhalangan untuk lanjut. Akhirnya pilihan jatuh pd Teguh dr Right 88 yg kebetulan saat itu sanggup untuk mengikuti jadwal2 panggung Burgerkill, Awal Januari 07 Burgerkill mencoba menggelar Tour Promo di bbrp kota di Jawa Timur dibantu teman2 Kolektif Radiasi Malang. Kota Surabaya, Pandaan, Malang, Jember & Bali jd saksi tour pertama Burgerkill tanpa Ivan yg telah 11 thn bersama mereka, Syukurlah Tour Promo 'Beyond Coma..' berjalan lancar & formasi dadakan ini mendpt sambutan baik dr teman2 di kota2 tsb. Sepulang tour mereka sepakat untuk mengadakan audisi untuk mencari vokalis tetap berikutnya di tubuh Burgerkill, Bagi mereka Ivan memang tdk pernah bs tergantikan, namun mereka sadar untuk memulai kembali era baru bagi Burgerkill. Di audisi vokal ini mereka tdk mencari pengganti Ivan, krn mereka sadar tiap org memiliki kelebihan & karakter sendiri2, Saat itu mereka butuh seorang vokalis yg mau kerja keras & memiliki karakter baru sebagai suntikan segar di Burgerkill. Dr sekian byk demo yg masuk akhirnya terpilih 4 kandidat calon vokalis Burgerkill yg akan mengikuti bbrp tahapan audisi, Dan setelah melewati proses panjang audisi akhirnya mereka memilih Vicky dr Heaven Fall sebagai vokalis baru Burgerkill. Mereka membuktikan bahwa sekeras apapun cobaan yg datang pasti akan teratasi selama kita solid & mau trs berusaha, Akhirnya pd bln Mei 07 Vicky resmi bergabung & menjadi jenderal baru di atas panggung bersama Burgerkill. Semenjak Vicky bergabung Mei 2007, jadwal gigs Burgerkill pun semakin padat, Tdk sdkt pro & kontra thd gabung Vicky di band ini, bahkan hingga hari ini msh byk yg membanding2kan Ivan & Vicky. Namun bagi mereka Ivan & Vicky adalah 2 org yg memiliki talenta dgn segala macam kelebihan & kekurangannya, Bagi mereka Ivan adalah bagian penting dr sejarah Burgerkill & Vicky adalah bagian dr masa depan band ini. Akhirnya Ebenz, Andris, Agung, Ramdan & Vicky sepakat untuk melanjutkan perjalanan karir band ini. 


Vicky - Vokalis Baru di Burgerkill

Dgn formasi baru ini Burgerkill mulai byk melakukan tour di Indonesia & mulai mencicipi panggung2 event2 besar, Dan formasi ini mendpt kesempatan melakukan tour di Australia Barat, Feb 2009 yg berakhir di Soundwave Festival. Soundwave adlh festival Rock terbesar di Australia & Burgerkill bermain 1 panggung dgn Lamb Of God, In Flames dll, Bendera Merah Putih selalu terpasang di setiap panggung mereka sebagai identitas & kebanggaan menjd perwakilan Indonesia.


Formasi Baru Burgerkill Bersama Vicky 2007 - sekarang

 Perjalanan tour mereka berlanjut ke Malaysia & Singapura pd Mei 09 dan sambutan baik pun kembali mereka dptkan, Kbr baik datang di Jan 2010, Burgerkill mendpt tawaran tampil di festival musik terbesar di Australia, Big Day Out. Dan ke 2 kalinya Burgerkill menggelar tour di Australia & bermain di Big Day Out Fest bersama Fear Factory & Mastodon, Setelah kembali ke Indonesia Maret 2010, mereka mulai fokus di studio untuk menggarap materi lagu album ke 4.
Album Ke 4 Burgerkill - Venomous (2011)

Pertengahan 2010 Burgerkill memulai sesi rekaman album ke 4 nya di Massive Studio bersama Yayat Ahdiat sbg produser, Akhirnya setelah melewati proses panjang & melelahkan, 10 lagu berhasil mereka rekam sebagai senjata baru di album ke 4 Dan mereka sepakat memberi titel 'Venomous' untuk album ke 4 nya, sebagai simbol bahwa band ini semakin berbahaya.

baca selengkapnya - Burgerkill

Payung Teduh


Payung adalah metafora yang bagus untuk musik yang dihasilkan di album ini. Payung melingkupi tanpa mengekang, melindungi tanpa membatasi. Apalagi bila ditambahkan kata sifat teduh, lengkap sudah imaji Payung Teduh sebagai pencipta musik yang melingkupi dan membuat suasana teduh. Semua lagu di album ini meneduhkan dan sangat indah untuk didengarkan. Album ini juga sangat Indonesia, musik yang ditampilkan mengalunkan bunyi dan irama khas musik Indonesia lama. Sesekali muncul nuansa keroncong dan bossas di tiap lagu.

Hal lain yang mengasyikkan adalah penggunaan bahasa Indonesia pada semua lirik lagu di album ini. Sepertinya ini melanggar pakem album musik penyanyi Indonesia generasi terkini yang cenderung keranjingan menggunakan bahasa Inggris. Payung Teduh dengan sadar menggunakan bahasa ibu sendiri dengan sangat baik, misalnya saja pada lagu Menuju Senja dan Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan. Mendengarkan album ini berkali-kali membuat saya semakin menyadari bahwa masih banyak yang dapat dieksplorasi dalam konsep ke-Indonesia-an, tidak hanya pada teks musik populer Indonesia, namun dalam semua teks media bila makna Indonesia dibicarakan.



Personil Payung Teduh

Payung Teduh lahir dari dua orang sahabat yang berprofesi sebagai pemusik di Teater Pagupon yang senang nongkrong bersama di kantin FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia,  mereka adalah Is dan Comi  yang senang bermain musik bersama di kantin, selasar gedung kampus, tepi danau hingga event – event di luar kampus. Secara tidak sadar kebersamaan mereka dalam bermain musik telah menguatkan karakter bermusik mereka dan telah disadari bagi orang-orang sekitar yang sering menyaksikan mereka bermain musik bersama. 


Payung Teduh terbentuk pada akhir 2007 dengan formasi awal Is dan Comi, sadar akan eksplorasi bunyi dan performa panggung pada tahun 2008 Payung teduh mengajak Cito untuk bergabung bersama sebagai drummer lalu mengajak Ivan sebagai guitalele playerpada tahun 2010. Angin Pujaan Hujan ialah lagu pertama yang memunculkan warna mereka sendiri. Seiring berjalannya waktu tercipta pula lagu-lagu lainnya seperti KucariKamu, Amy, Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan, juga termasuk karya-karya dari pementasan teater bersama Catur Ari Wibowo seperti Resah, Cerita Tentang Gunung dan Laut, serta karya Amalia Puri yang berjudul Tidurlah dan Malam. Dan pada akhirnya Payung Teduh memutuskan untuk membuat album indie pertamanya yang dirilis dipenghujung 2010. 



Cover Album Pertama Payung Teduh

Musik yang dimainkan oleh Payung Teduh  tidak memiliki batasan tersendiri,  musik yang dimainkan oleh Payung Teduh yaitu musik Payung Teduh itu sendiri. Pada album pertama ini bisa dibilang karakter musik yang dibawakan seperti musik di era golden60’s dengan  balutan keroncong dan jazz.


CD Album Payung Teduh - Dunia Batas

 Dan jika ditanya jenis musik apa yang diusung oleh Payung Teduh, maka Payung Teduh menyerahkan sepenuhnya kepada pendengar. Dalam pengertian bahwa payung teduh tidak akan hanya berhenti di satu gendre tertentu, namun yang pasti tetap bermusik dengan ciri yang sudah mereka miliki.

Daftar lagu:

1. Berdua Saja
2. Menuju Senja
3. Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan
4. Rahasia
5. Angin Pujaan Hujan
6. Di Ujung Malam
7. Resah 
8. Biarkan


sumber : http://payungteduh.blogspot.com   


baca selengkapnya - Payung Teduh

Senin, 29 April 2013

Seringai

Band yang telah berdiri pada tahun 2001 dan di gawangi oleh Ricky (Gitaris), Sammy (Bassis), Khemod (Drummer), dan Arian (Vocalis), mampu menghadirkan aksi panggung yang memukau serta provokatif membuat crowd dibebaskan untuk melepaskan semua penat di arena dansa. Dipengaruhi latar belakang para personil yang membuat band ini menumpahkan kemarahan dan kritikannya dalam musik yang cadas.

Kehadiran Seringai sebagai Band rock Indie, seolah menyemarakan dunia musik cadas Indonesia, Band asal Jakarta yang merupakan pecahan dari band Puppen (Arian13 sebagai vokalisnya juga), mulai menggebrak dunia musik dengan singel “Membakar Jakarta” yang mulai hits dikalangan pencinta musik Indie.
Lagu yang terinspirasi dari tuntutan hidup di kota Jakarta yang semakin keras, yang dalam lyriknya merupakan curahan hati para personil Seringai akan kondisi Indonesia khususnya Jakarta yang tidak juga membaik malah semakin parah.
Akan tetapi kesuksesan Seringai membawakan lagu Metal dengan lyric yang sedikit menyindir atau memberikan kritik akan kekhawatiran kondisi negri ini tidak berjalan mulus. Seringai dan fansnya yang diberi nama Serigala Militia sempat bermasalah dengan aparat Kepolisian terhubung masalah gambar yang ada di kaos Seringai yang sering dipakai para serigala militia.
Kaos yang menggambarkan seorang polisi berikut POLRI dengan gambar karikatur dan dibagian belakang terdapat tulisan “siap melayani dan melindungi siapa?”, dianggap suatu penghinaan terhadap POLRI, dan banyak korbannya yang ditangkap dan dimintai keterangan karena memakai kaos tersebut.
Tapi Seringai tidak tinggal diam, mereka mampu membuktikan bahwa karya yang dibuatnya bukan hinaan akan tetapi kritikan dan kreatifitas. Lewat mini Albumnya yang berjudul High Octane Rock di bawah label mereka sendiri (Parau Recordings) mampu menjual lebih dari 10.000 kopi dalam bentuk CD dan kaset.

Berikut Beberapa Diskografi Seringai

 Album "High Octane Rock" 
  Digital version w/ bonus tracks
  Skeptical, Serigala Militia
  (Parau/Equinox DMD, 2006)

1. Intro 
2. Puritan
3. Alkohol
4. Akselerasi Maksimum
5. Membakar Jakarta
6. Lencana
7. Outro


• Album "High Octane Rock"
CD version, limited to 2000 copies
(Parau/Off The Records, 2005)

• Singles Satu Sisi & Menyerang
   and Lencana

   From "12:00 AM" soundtrack
   (Explosive Records, 2005)

• Single Skeptikal
   From "Catatan Akhir Sekolah"
   soundtrack
   (FastForward Records, 2005)

• Mini-album "High Octane Rock"
   Cassette version
   10,000 copies sold out
   (Parau/Resswara Records, 2004)

• Demo album "Alkohol"
   For Ripple Magazine
   (Spills Records, 2003)

• Album "Serigala Militia"
  (Unsigned Records,2007)

1. Berhenti di 15 (2:55)
2. Psikedelia Diskodoom (4:26)
3. Amplifier (2:36)
4. Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan) (4:10)
5. Menelan Mentah, Semua Ini Tak Akan Bertahan Lama
6. Serigala Militia (4:40)
7. Skeptikal (3:42)
8. Citra Natural (4:24)
9. Marijuanaut (9:46)
                                                      10. Lagu Ini Tidak Sependek Jalan Pikiranmu (0:11)
                                                      11. Kilometer Terakhir (3:17)



• Single "Tragedy"
  (Unsigned Records,2012)
   Genres : Stoner Metal   

1. Tragedi (3:51)










• Album "Taring"
  (Release,2012 - 07 - 11)
  Genres : Stoner Metal

1. Canis Dirus
2. Dilarang Di Bandung
3. Taring
4. Fett, Sang Pemburu
5. Tragedi
6. Serenada Membekukan Api
7. Discotheque (Duo Kribo cover)
8. Program Party Seringai
9. Lagu Lama
10. Lissoi
                                                      11. Infiltrasi
                                                      12. Gaza


Personil Seringai














 
Sammy Bramantyo : Bass (2002-present)



Khemod : Drums (2002-present)



Ricky Siahaan : Guitars (2002-present)



Arian13 : Vocals (2002-present)

Beberapa Video dari Seringai :


Seringai - Dilarang Main Drum





Sumber : www.metalkingdom.net
                www.seringai.com
               





baca selengkapnya - Seringai

Minggu, 28 April 2013

Efek Rumah Kaca


Band yang berasal dari jakarta ini di anggotai oleh antara lain Cholil Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (bass, backing vokal), dan Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar). Sisa tiga tersisa dari perjalanan sejak tahun 2001 di 'studio Melulu'. Dengan kesabaran, mereka mengumpulkan lagu-lagu mereka. Banyak nama yang mereka gunakan. "Hush" (masih lima personel), "Superego" adalah sebuah cerita lama, sebelum sampai ke "Efek Rumah Kaca" di tahun 2005. Nama yang mereka ambil dari salah satu judul lagu mereka, menulis pada tahun 2003.
Dalam setiap lagu yang mereka kumpulkan, komposisi dirancang selaras dengan tema. Realitas spekulatif. Jadi musik tidak hanya untuk menghibur, tapi ada refleksi, dan realitas juga disajikan. Memotret waktu. Liriknya ditata, terkadang puitis, beberapa muka. Dengan perspektif yang luas, dan kaya bahasa Indonesia.
Hadir musik pop yang sederhana, tetapi tidak lupa untuk bereksperimen. Indie-rock, rock progresif, punk, new wave, jazz, apa pun yang diundang. Dicampur dengan pengaruh berhala mereka: Jeff Buckley, Jon Anderson, Smashing Pumpkins, Radiohead, untuk Bjork.
"Melankolia" dan "Di Udara" adalah pembukaan. Pada tahun 2006 lagu itu dikompilasi ke Do Re Mi (Paviliun Records) dan Todays Of Kemarin (Bad Sector Records). Efek Rumah Kaca mulai ada, memperkenalkan diri kepada masyarakat. Pada bulan Agustus 2007, Efek Rumah Kaca memiliki tur ke berbagai kota di Jawa dengan teman-teman mereka. Pengantar untuk album debut mereka.
Pada bulan September 2007, album debut selftitled dari Efek Rumah Kaca dilepaskan melalui Paviliun Records. Pengenalan berjalan lancar. The respon untuk album debut mereka merespon dengan baik, dimulai dengan review positif dari para penulis di internet. Single pertama "Jatuh Cinta Itu Biasa Saja" mulai mendapatkan perhatian dari media dan musik pendengar Indonesia. Tapi, hal yang paling berpengaruh yang menyebarkan nama Efek Rumah Kaca kepada publik nasional adalah single kedua mereka, "Cinta Melulu" - sebuah satir riang industri musik Indonesia yang didominasi oleh tema lagu cinta yang disajikan komposisi musik biasa-biasa saja dan lirik.
Jalan dibuka, album debut Efek Rumah Kaca disampaikan tahap seri kinerja di akhir tahun 2007 dan terus berlanjut sampai akhir tahun 2008. Juga membawa ERK untuk menerima "The Best Cutting Edge" - MTV Indonesia Music Award 2008, "Pilihan Editor 2008" dari Rolling Batu versi Indonesia, "Kelas Musik Heroes 2008" dan dinominasikan untuk Anugrah Musik Indonesia Award 2008.
Kurang dari setahun kemudian, 19 Desember 2008, mereka merilis album kedua mereka bernama "KAMAR Gelap" di bawah Aksara Records. Di album ini, Efek Rumah Kaca diteruskan. Musik eksperimental menyimpulkan, membuat album lebih berwarna, warna yang lebih kaya. Teman diajak bermain bersama, Mondo, Ade (Sore) dan Iman Fattah (Lain, Zeke dan The Popo, Raksasa) meramaikan rekaman suara. Angki Purbandono, seorang seniman dari Yogyakarta juga datang bersama, dan seni fotografi nya segera menjadi isi dari album kedua.
Pada satu kesempatan, Efek Rumah Kaca dipercaya mengisi bagian khusus tentang pemilu di harian Kompas (selama satu bulan, yang diterbitkan setiap hari Sabtu di bulan Januari 2009). Pada kesempatan lain, Efek Rumah Kaca terus memainkan panggung ke panggung, bernyanyi bersama lirik sensitif dengan pemirsa di seluruh Indonesia. Di antara peluang, Efek Rumah Kaca yang hemat energi mereka sambil membangun rencana.
Jelas, Efek Rumah Kaca masih band yang sama sejak mereka didirikan: mencoba menulis lagu sebagus, secantik mungkin, menangkap realitas, dan berharap untuk memberikan gambar berwarna setara di kepala. Sambil sesekali bersorak, bukan pada siapa pun, tetapi pada jalannya sendiri, sehingga panggilan ini tidak melupakan fungsinya; "Pasar Bisa Dibuat!" Mereka berteriak.


Tiga kata yang tercantum di judul tersebut, yaitu ‘Banal’, ‘Klise’, dan ‘Elegi’ adalah tiga kata yang lima tahun lalu berhasil menyita perhatian banyak penikmat musik di Indonesia. Tak pelak, tiga kata itu pun kemudian melekat erat dengan tiga kata pertama yang tertera pada judul di atas, Efek Rumah Kaca. Sebuah band yang memberi nama pada kelompoknya dengan nama yang paling akrab dengan isu global paling santer saat itu. Siapa sangka kata-kata Efek Rumah Kaca yang awalnya hanya bisa ditemui di penjelasan ilmiah dan seringkali akademis tentang bumi itu akhirnya menjadi identitas suatu kelompok musik.
Trio pop minimalis ini mampu membuat pendengar musik di negeri ini menengok kea rah mereka ketika jejeran lirik-lirik lagu nan puitis dan tidak akrab dibaca mereka suguhkan dengan musik pop yang terkadang terbalut dengan nuansa gelap. Pernyataan yang membungahnya adalah ketika label “Penyelamat Musik Indonesia” disematkan pada mereka. Walaupun kental dengan subjektivitas, tetap saja ada kesepakatan kolektif diam-diam di antara beberapa orang yang mengamini.

Mengawali gebrakan di tahun 2007 lewat debut album ‘Efek Rumah Kaca’, mereka berlanjut mengukuhkan posisi mereka sebagai salah satu band yang paling sering dilirik di industri musik Indonesia saat ini (tentunya tidak hanya sebatas lirikan lintas channel di layar kaca) dengan merilis album ‘Kamar Gelap’ di tahun 2009. Ganjaran ‘Album Terbaik 2009’ peringkat 1 versi Rolling Stone Indonesia pun diterima. Citra sebagai band cerdas yang didapat dari pesan-pesan lagunya pun didapat. Bahkan kerap meramaikan acara diskusi-diskusi politik yang menghadirkan mereka sebagai hiburan.

Efek Rumah Kaca, Identitas nan Fenomenal
Kita sepertinya harus setuju ketika ada pendapat yang mengatakan bahwa kehadiran Efek Rumah Kaca sangatlah fenomenal untuk kondisi saat itu. Masih ingat jelas saat mereka menghajar tren band-band melayu yang mengobral cinta bersyahwat lemah lewat lagu ‘Cinta Melulu’. “Apa mungkin karena kuping melayu,suka yang sendu-sendu..” Bukan rasis, tapi faktanya kesenduan memang begitu bisa kita dalami ketika menyimak band-band melayu di layar kaca. Menjamur pelan-pelan dan akut, walaupun pangsa pasarnya (dalam artian untuk masuk TV, dapat label, dan jualan belas kasihan) diakui cukup memikat. Tapi 

album efek rumah kaca 

mereka menegaskan bahwa atas nama pasar semua itu menjadi begitu klise.Seperti melanjutkan ungkapan uneg-uneg mereka tentang cinta, mereka sekali lagi membabat habis, atau setidaknya membuat ratusan orang menjadi gengsi untuk mengumbar cinta, lewat lagu ‘Jatuh Cinta Itu Biasa Saja’. Nomer yang berani meng-counter tradisi hiperbolisasi cinta di masyarakat. Berapa orang yang akhirnya menjadi sok jaim mendengar barisan lirik di lagu itu?
Mereka masih sangat perkasa untuk menancapkan citra sebagai band yang peka dengan kondisi sosial di awal kemunculannya saat menggeber lagu-lagu seperti ‘Bukan Lawan Jenis’ (tentang fenomena cinta sesama jenis), ‘Jalang’ (tentang upaya pembungkaman oleh orang-orang yang tidak ingin diusik), ‘Belanja Terus Sampai Mati’ (tentang budaya konsumerisme yang menjangkiti kaum urban), ‘Efek Rumah Kaca’ (tentang pemanasan global), hingga lagu paling antemik dan patriotik ‘Di Udara’ yang berceloteh tentang Alm. Munir dan semangatnya yang seharusnya tetap dilanjutkan. Lagu ini yang membuat mereka selalu menjadi bahan usulan para penyelenggara acara diskusi politik hingga gerakan #MenolakLupa setiap kali pemberitaan tentang kematian sang aktivis kembali diangkat ke permukaan.

Selanjutnya berisi nomer-nomer renungan nan melankolis tanpa pernah terkesan over romantic. ‘Insomnia’, ‘Debu-Debu Berterbangan’, ‘Melankolia’, ‘Sebelah Mata’, dan ‘Desember’ menjadi bahan renungan yang tidak murahan untuk didengar. Khusus untuk ‘Desember’, ini merupakan – jika boleh dibilang – lagu galau ala Efek Rumah Kaca. Berceloteh tentang hujan, kesepian, dan penantian. Sesuatu yang pasti akan dinyanyikan secara masal di tiap gigs mereka.

Kamar Gelap, Pengukuhan Citra Berkelanjutan

Seolah membuktikan bahwa mereka bukan hanya sekedar kelompok yang kebetulan pintar agar menarik perhatian, mereka mengeluarkan album keduanya yang bertajuk ‘Kamar Gelap’ yang menyediakan banyak hal yang tak kalah menarik dari album pertama.

Masih peka membombardir dengan isu bunuh diri di ‘Tubuhmu Membiru… Tragis’, ‘Kenakalan Remaja di Era Informatika’ menjadi lagu yang akan membuat anak-anak remaja dan kegiatan pamer tubuhnya menunduk malu. Keisengan untuk kesenangan belaka ini berhasil mereka tertawakan di lagu ini.
album kamar gelap

Bencana karena hujan (‘Hujan Jangan Marah’), harapan membaiknya kondisi negara (‘Menjadi Indonesia’), minimnya kesempatan bagi anak negeri untuk berkembang ketika diskriminasi terpampang (‘Banyak Asap di Sana’), menghargai buku (’Jangan Bakar Buku’), hingga penyuaraan betapa muaknya rakyat dibohongi oleh petinggi-petinggi negara yang korup (‘Mosi Tidak Percaya’).

Kemudian beberapa nomer filosofis untuk merenung khas mereka juga melengkapi album ini, seperti ‘Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa’, ‘Lagu Kesepian’, ‘Kamar Gelap’, ‘Laki-Laki Pemalu’, dan ‘Balerina’. Nampaknya formula lama kembali mereka pakai di kemunculannya yang kedua. Citra sebagai band cerdas pun menguat, penghargaan di dapat, dan pengakuan juga meningkat. Mereka sukses membuat nama mereka semakin diperhitungkan.

Album Ketiga, Ekspektasi dan Tantangan

Dengan kemunculan mereka lewat dua album terdahulu yang membuat mereka disanjung banyak pihak sebagai band cerdas, tentunya Efek Rumah Kaca tidak mau tergelincir dan dicaci jatuh dari tahtanya. Pekerjaan berat pasti ada di pundak ketika ekspektasi para penggemar untuk tidak kecewa dengan kemunculan album ketiga yang masih menjadi misteri.

Apa tema yang akan dibahas lagi? Apa liriknya masih bagus ? Atau mereka akan kelelahan lalu menjadi “biasa”?

Citra yang sudah terlanjur melekat jelas merupakan suatu kebanggaan. Namun di sisi lain, ini merupakan tantangan bagi Efek Rumah Kaca untuk menjadi semakin kokoh atau malah jatuh. Banyak penggemar yang sudah tidak sabar mendapat suntikan materi baru tiap kali datang ke gigs. Meskipun lagu ‘Hilang’ sudah lama dilempar ke khalayak sebagai penanda bahwa mereka masih akan tetap galak mengobrak-abrik kepekaan sosial pendengarnya, tentu penggemar butuh bukti lebih banyak lagi dari sekedar satu lagu. Dibanding dua album yang fenomenal, apa yang bisa dilakukan satu lagu selain memberi decak kagum dan anggukan kepala?

Saya teringat ketika menonton mereka bermain di salah satu gigs. Di tengah penampilan, Cholil sang vokalis mengatakan bahwa album mereka mungkin akan keluar sekitar bulan puasa. Saat tulisan ini saya buat, kita tengah berada di medio bulan puasa. Apa mereka masih butuh waktu lebih lama lagi untuk kembali mengeluarkan album cerdas nan fenomenal tanpa mengurangi tensi yang terdahulu? Saya pribadi masih akan tetap menunggu.

Ketiga personel efek rumah kaca
                  
1. Akbar Bagus Sudibyo (Drum ,Vocal Latar)
    2. Adrian Yunan Faisal (Bass, Backing Vocal) 
    3. Cholil Mahmud (Vocal,Gitar)


Beberapa Video clip dar efek rumah kaca

Efek Rumah Kaca - Di Udara Official Video [ERK]




Efek Rumah Kaca - Balerina Official Video [ERK]




Efek Rumah Kaca - Cinta Melulu - Live @ MalaysiaKini [ERK]




Berikut Beberapa info dan review kami tentang efek rumah kaca .semoga bermanfaat dan menambah wawasan tentang dunia musik tanah air yang bukan hanya ada di layar kaca saja ,musik indonesia itu beragam dan berbudaya dan bukan musik indonesia jika tidak menonjolkan budaya bangsa dan hanya bisa meniru budaya tetangga .

              youtube - efek rumah kaca
baca selengkapnya - Efek Rumah Kaca